Bacukiki merupakan pelabuhan dan bandar perdagangan kesohor di
nusantara pada abad ke-15 dan 16. Dengan posisinya tersebut, ia menjadi
rebutan kerajaan di Sulawesi. Tercatat beberap kerajaan yang pernah
menaklukkan Bacukiki yakni Kerajaan Wajo, Gowa dan Bone dan Kerajaan
Siang (Pangkajene).
Saat Bacukiki dikuasai Kerajaan Gowa dibawah kepemimpinan Raja Gowa X
Tunipalangga (1546 – 1565), banyak rakyat Bacukiki dipindahkan ke Gowa,
termasuk orang-orang Melayu yang sudah mendirikan perwakilan usaha di
Bacukiki. Dan itulah asal mula banyak pemukim Melayu di Makassar (Gowa).
Dari sana, datu Bakke diharapkan meneruskan perjalanan ke Tamparang
(Ajatapparang). Mendengar berita ini, membuat Arung Palakka murka.
Belanda berdalih bahwa ia hanya mengirimkan satu kapal ke Bacukiki,
karena kebetulan VOC berniat mengembangkan perdagangan di Ajatapparang.
Demikian sekilas gambaran Bacukiki masa lalu yang ditulis oleh Leonard
Andaya dalam bukunya “ The Heritage of Arung Palakka”, berdasarkan studi
ilmiahnya dari berbagai sumber yang masih tersimpan di negeri Belanda.
Sekarang ini telah masyarakat Bacukiki berkembang seiring perkembangan
Kota Parepare. Mereka tetap eksis meski Parepare sekarang lebih banyak
dihuni kaum pendatang dari berbagai daerah di tanah air.
Kecamatan Bacukiki telah dimekarkan menjadi dua kecamatan yakni
Kecamatan Bacukiki dan Bacukiki Barat.Kecamatan Bacukiki meliputi empat
kelurahan yakni Lompoe,Watang Bacukiki, Lemoe dan Galung Maloang.
Sementara Bacukiki Barat meliputi wilayah Lumpue,Sumpang Minangae, Cappa
Galung, Kampung Baru, Bumi Harapan dan Tiro Sompe.
(Sumber : Parepare Lebih Indah dari Monte Carlo/A.Makmur Makka)
Saat Gowa ditaklukkan oleh Arung Palakka dari Bone, maka otomatis
Bacukiki menjadi daerah taklukannya juga. Arung Palakka memerangi Datu
Bakke (Wajo) dan meminta Datu Bakke menyerah. Belanda yang merasa punya
peluang membantu Datu Bakke menawarkan bantuan kepadanya untuk
mengevakuasinya dengan tiga kapal dari pelabuhan Bacukiki.